Menjadi seorang pemimpin memang membutuhkan mental kuat dan ketegasan. Selain itu, pemimpin juga harus mampu menjadi orang yang kuat dan tidak menunjukkan kelemahan. Namun selaku manusia biasa yang memiliki rasa iba dan kasih sayang, pemimpin hebat dan tegas sekalipun tetap bisa mengeluarkan air mata. Sama seperti yang dialami oleh 5 orang Bupati ini, mereka benar-benar dibuat luluh dan larut dalam kesedihan saat melihat warganya menjalani hidup yang cukup sulit.
1. Ruslan M Daud
Ruslan M Daud merupakan Bupati ketiga Bireuen, sebuah kabupaten pemekaran dari Aceh Utara yang berdiri tahun 1999. Saat menjabat pada periode 2012-2017, Ruslan banyak mengunjungi perkampungan. Bahkan dari 609 desa di kabupaten itu, dirinya telah mengunjungi hampir 100 persen dari keseluruhan wilayah yang dipimpinnya tersebut. Bupati Ruslan bersama rombongan pemerintah kabupaten sering meninjau langsung rumah tidak layak huni milik para warga miskin.
Pada Jumat tanggal 5 Februari 2016, mantan Ketua Acheh World Trade Centre (AWTC), Kuala Lumpur periode 2004-2007 yang kini menahkodai partai besutan Prabowo itu dibuat terharu bahkan meneteskan air mata. Peristiwa mengharukan itu terjadi saat Ruslan dan beberapa pejabat daerah mengunjungi rumah milik janda miskin, Hendiah (50) di dusun Lhok Jroh, desa Blang Guron, Kecamatan Gandapura.
Ruslan tak sanggup membendung kesedihannya tatkala melihat rumah ibu tua yang benar-benar tak layak dijadikan tempat tinggal. Sorot matanya terlihat sendu terlebih saat anak dari sang janda yang masih kelas 1 sekolah menengah menangis saat didekati oleh Bupati.
Seperti dikutip dari juangnews.com (5/2/2016), usai meninjau lokasi, Bupati Ruslan M Daud langsung meminta sekretaris Baitul Mal setempat untuk segera membangun rumah yang layak untuk Hendiah dan 2 rumah lainnya yang dikunjungi di hari yang sama.
Setelah tak lagi menjabat, Ruslan tetap ingin terus berbuat untuk masyarakatnya dan kini ia menjadi anggota DPR RI dari Dapil Aceh.
2. Irdinansyah Tarmizi
Bupati Irdiansyah Tarmizi suatu kali usai melakukan Safari Ramadhan, ia bermalam di rumah warga. Ia ikut sahur bersama salah satu warga miskin yang tinggal di Jorong Gantiang Nagari Singgalang.
Sang pemilik rumah, Ema (40) menceritakan bahwa suaminya Syofyan (53) bekerja serabutan di kota dan pulangnya tidak menentu, terkadang suami dari ibu 4 anak itu membantu mengangkat barang, kadang jua bantu-bantu membuat minuman di kedai-kedai. Dua kali dalam seminggu jika sudah dapat uang baru suaminya pulang. Uang yang dibawa pulangpun paling banyak hanya 150 ribu sampai 200 ribu rupiah.
Setelah menyantap sahur bersama dengan lauk pauk yang dibawanya sendiri, Bupati Irdinansyah Tarmizi yang ditemani camat memberikan bantuan berupa beras dan uang kepada Ema untuk kebutuhan lebaran. Tidak hanya itu, Bupati Irdinansyah Tarmizi dengan raut sedih dan haru kembali mengambil beberapa lembaran uang kertas di kantongnya lalu diberikan kepada anak-anak ibu yang bekerja sebagai penjahit pakaian itu.
Pulang dari rumah Ema, Bupati Irdinansyah melaksanakan shalat subuh berjamaah di masjid. Usai shalat, bupati menceritakan keharuannya bersahur dengan keluarga Ema. Irdinansyah dengan raut wajah sedih dan meneteskan air mata bercerita tentang bagaimana Ema dan anak-anaknya menjalani kehidupan dengan serba kekurangan. Rumah yang keluarga Ema tinggali juga bukan milik sendiri melainkan milik saudara suaminya dan tidak memiliki penerangan listrik.
3. Enthus Susmono
Bupati berikutnya yang juga harus menyeka airmata saat berjumpa dengan warga yang dipimpinnya adalah Bupati Tegal, Enthus Susmono. Orang nomor satu di Tegal yang merupakan dalang kondang nan humoris itu kehabisan kata-kata saat diberikan hadiah berupa bunga oleh seorang anak penyandang disabilitas, Azka Mumtazah.
Bupati Enthus kemudian bersimpuh di depan gadis belasan tahun tersebut kemudian memeluk dan menciumnya. Air mata Enthus sempat menetes ke pipi dan diusapnya terlebih saat Azka menyanyikan lagu 'Andai Aku Punya Sayap'.
Dalam kesempatan itu, ia meminta meminta anggaran untuk penyandang disabilitas supaya ditambah oleh Dinas Sosial dan ia juga berjanji berjanji bahwa selama dirinya masih menjabat bupati akan terus memperjuangkan anggaran itu melalui DPRD.
4. Hj.Chusnunia
Hj Chusnunia merupakan Bupati Lampung Timur yang mulai menjabat sejak 17 Februari 2016. Bupati perempuan pertama provinsi Lampung Timur itu menangis saat menyantuni dan memeluk anak-anak yatim piatu. Kegiatan untuk mengunjungi anak-anak kurang beruntung tersebut merupakan program yang dijadwalkan secara rutin untuk menjalin silaturrahmi dengan dengan anak yatim piatu serta kaum dhuafa.
Bupati Chusnunia juga menangis ketika mengunjungi rumah Mistiana, bocah 10 tahun yang menjadi korban kejahatan pembunuhan. Keluarga Mistiana merupakan warga yang hidup dibawah garis kemiskinan dan mereka tidak memiliki rumah sendiri melainkan hanya menumpang di rumah tetangga. Ketika mendengar kisah tentang kejadian tragis dan kehidupan menyedihkan yang dialami keluarga bocah malang itu, Bupati Chusnunia kemudian memeluk ibu serta adik almarhum dan menangis haru.
5. Dedi Mulyadi
Pada Maret 2017 lalu, Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi pernah menangis saat ia mengetahui bahwa seorang nenek bernama Siti Rohaya (83) digugat oleh anak sendiri karena berhutang. Ibu tua renta yang biasa disapa ibu Amih itu digugat anaknya hingga Rp 1,8 miliar, padahal menurut perhitungan, Ibu Siti hanya memiliki hutang Rp 20 juta.
Bupati yang merupakan Ketua DPD Golkar Jabar tersebut mengaku bahwa ia menangis karena ia teringat ibunya. Dedi mengatakan bahwa dia ingin sekali berbakti dan membahagiakan ibunya namun tidak bisa lagi karena ibunya telah meninggal. Dia tidak habis pikir kenapa anak dari ibu ini malah mau menggugat ibunya sendiri ke pengadilan.
Ketika Bupati Dedi menerima kabar yang diluar nalar dan memilukan tersebut, ia langsung menyuruh stafnya mengunjungi Ibu Siti Rohaya dan menyerahkan uang Rp20 juta untuk membayar hutang ke anaknya. Dia juga membujuk anak yang menuntut ibunya itu untuk tidak lagi melanjutkan kasus ke pengadilan.
Nah, itulah 5 Bupati yang mengunjungi langsung warga yang dipimpinnya dan kemudian menitikkan air mata kesedihan. Penulis yakin bahwa masih banyak diluar sana para pejabat lainnya yang juga sangat peduli pada masyarakat kecil. Semoga kisah-kisah para pemimpin daerah ini mampu menginspirasi kita semuanya. Mudah-mudahan negara kita, Indonesia tak pernah kekurangan orang-orang yang peduli kepada anak yatim piatu dan masyarakat dhuafa.
1. Ruslan M Daud
Ruslan M Daud |
Ruslan M Daud merupakan Bupati ketiga Bireuen, sebuah kabupaten pemekaran dari Aceh Utara yang berdiri tahun 1999. Saat menjabat pada periode 2012-2017, Ruslan banyak mengunjungi perkampungan. Bahkan dari 609 desa di kabupaten itu, dirinya telah mengunjungi hampir 100 persen dari keseluruhan wilayah yang dipimpinnya tersebut. Bupati Ruslan bersama rombongan pemerintah kabupaten sering meninjau langsung rumah tidak layak huni milik para warga miskin.
Pada Jumat tanggal 5 Februari 2016, mantan Ketua Acheh World Trade Centre (AWTC), Kuala Lumpur periode 2004-2007 yang kini menahkodai partai besutan Prabowo itu dibuat terharu bahkan meneteskan air mata. Peristiwa mengharukan itu terjadi saat Ruslan dan beberapa pejabat daerah mengunjungi rumah milik janda miskin, Hendiah (50) di dusun Lhok Jroh, desa Blang Guron, Kecamatan Gandapura.
Ruslan tak sanggup membendung kesedihannya tatkala melihat rumah ibu tua yang benar-benar tak layak dijadikan tempat tinggal. Sorot matanya terlihat sendu terlebih saat anak dari sang janda yang masih kelas 1 sekolah menengah menangis saat didekati oleh Bupati.
Seperti dikutip dari juangnews.com (5/2/2016), usai meninjau lokasi, Bupati Ruslan M Daud langsung meminta sekretaris Baitul Mal setempat untuk segera membangun rumah yang layak untuk Hendiah dan 2 rumah lainnya yang dikunjungi di hari yang sama.
Setelah tak lagi menjabat, Ruslan tetap ingin terus berbuat untuk masyarakatnya dan kini ia menjadi anggota DPR RI dari Dapil Aceh.
2. Irdinansyah Tarmizi
Bupati Irdiansyah Tarmizi suatu kali usai melakukan Safari Ramadhan, ia bermalam di rumah warga. Ia ikut sahur bersama salah satu warga miskin yang tinggal di Jorong Gantiang Nagari Singgalang.
Sang pemilik rumah, Ema (40) menceritakan bahwa suaminya Syofyan (53) bekerja serabutan di kota dan pulangnya tidak menentu, terkadang suami dari ibu 4 anak itu membantu mengangkat barang, kadang jua bantu-bantu membuat minuman di kedai-kedai. Dua kali dalam seminggu jika sudah dapat uang baru suaminya pulang. Uang yang dibawa pulangpun paling banyak hanya 150 ribu sampai 200 ribu rupiah.
Setelah menyantap sahur bersama dengan lauk pauk yang dibawanya sendiri, Bupati Irdinansyah Tarmizi yang ditemani camat memberikan bantuan berupa beras dan uang kepada Ema untuk kebutuhan lebaran. Tidak hanya itu, Bupati Irdinansyah Tarmizi dengan raut sedih dan haru kembali mengambil beberapa lembaran uang kertas di kantongnya lalu diberikan kepada anak-anak ibu yang bekerja sebagai penjahit pakaian itu.
Pulang dari rumah Ema, Bupati Irdinansyah melaksanakan shalat subuh berjamaah di masjid. Usai shalat, bupati menceritakan keharuannya bersahur dengan keluarga Ema. Irdinansyah dengan raut wajah sedih dan meneteskan air mata bercerita tentang bagaimana Ema dan anak-anaknya menjalani kehidupan dengan serba kekurangan. Rumah yang keluarga Ema tinggali juga bukan milik sendiri melainkan milik saudara suaminya dan tidak memiliki penerangan listrik.
3. Enthus Susmono
Bupati berikutnya yang juga harus menyeka airmata saat berjumpa dengan warga yang dipimpinnya adalah Bupati Tegal, Enthus Susmono. Orang nomor satu di Tegal yang merupakan dalang kondang nan humoris itu kehabisan kata-kata saat diberikan hadiah berupa bunga oleh seorang anak penyandang disabilitas, Azka Mumtazah.
Bupati Enthus kemudian bersimpuh di depan gadis belasan tahun tersebut kemudian memeluk dan menciumnya. Air mata Enthus sempat menetes ke pipi dan diusapnya terlebih saat Azka menyanyikan lagu 'Andai Aku Punya Sayap'.
Dalam kesempatan itu, ia meminta meminta anggaran untuk penyandang disabilitas supaya ditambah oleh Dinas Sosial dan ia juga berjanji berjanji bahwa selama dirinya masih menjabat bupati akan terus memperjuangkan anggaran itu melalui DPRD.
4. Hj.Chusnunia
Hj Chusnunia merupakan Bupati Lampung Timur yang mulai menjabat sejak 17 Februari 2016. Bupati perempuan pertama provinsi Lampung Timur itu menangis saat menyantuni dan memeluk anak-anak yatim piatu. Kegiatan untuk mengunjungi anak-anak kurang beruntung tersebut merupakan program yang dijadwalkan secara rutin untuk menjalin silaturrahmi dengan dengan anak yatim piatu serta kaum dhuafa.
Bupati Chusnunia juga menangis ketika mengunjungi rumah Mistiana, bocah 10 tahun yang menjadi korban kejahatan pembunuhan. Keluarga Mistiana merupakan warga yang hidup dibawah garis kemiskinan dan mereka tidak memiliki rumah sendiri melainkan hanya menumpang di rumah tetangga. Ketika mendengar kisah tentang kejadian tragis dan kehidupan menyedihkan yang dialami keluarga bocah malang itu, Bupati Chusnunia kemudian memeluk ibu serta adik almarhum dan menangis haru.
5. Dedi Mulyadi
Pada Maret 2017 lalu, Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi pernah menangis saat ia mengetahui bahwa seorang nenek bernama Siti Rohaya (83) digugat oleh anak sendiri karena berhutang. Ibu tua renta yang biasa disapa ibu Amih itu digugat anaknya hingga Rp 1,8 miliar, padahal menurut perhitungan, Ibu Siti hanya memiliki hutang Rp 20 juta.
Bupati yang merupakan Ketua DPD Golkar Jabar tersebut mengaku bahwa ia menangis karena ia teringat ibunya. Dedi mengatakan bahwa dia ingin sekali berbakti dan membahagiakan ibunya namun tidak bisa lagi karena ibunya telah meninggal. Dia tidak habis pikir kenapa anak dari ibu ini malah mau menggugat ibunya sendiri ke pengadilan.
Ketika Bupati Dedi menerima kabar yang diluar nalar dan memilukan tersebut, ia langsung menyuruh stafnya mengunjungi Ibu Siti Rohaya dan menyerahkan uang Rp20 juta untuk membayar hutang ke anaknya. Dia juga membujuk anak yang menuntut ibunya itu untuk tidak lagi melanjutkan kasus ke pengadilan.
Nah, itulah 5 Bupati yang mengunjungi langsung warga yang dipimpinnya dan kemudian menitikkan air mata kesedihan. Penulis yakin bahwa masih banyak diluar sana para pejabat lainnya yang juga sangat peduli pada masyarakat kecil. Semoga kisah-kisah para pemimpin daerah ini mampu menginspirasi kita semuanya. Mudah-mudahan negara kita, Indonesia tak pernah kekurangan orang-orang yang peduli kepada anak yatim piatu dan masyarakat dhuafa.