| Pengungsi Aceh Tamiang Menolak Uang, Meminta Mukena untuk Beribadah |
ACEHVIRAL.COM | Di tengah terjangan banjir dan longsor yang meluluhlantakkan sejumlah wilayah di Sumatera, sebuah kisah sunyi namun mengguncang hati datang dari Aceh Tamiang.
Kisah ini bukan tentang truk bantuan yang datang berderet, bukan pula soal nominal uang yang dibagikan, melainkan tentang satu kebutuhan paling sederhana—namun paling dalam maknanya: mukena, agar seorang ibu bisa kembali bersujud.
Bantuan terus mengalir dari berbagai arah. Influencer, selebritas, lembaga kemanusiaan, hingga pemerintah turun membawa logistik.
Posko pengungsian berdiri di banyak titik. Ribuan warga yang kehilangan rumah kini bertahan hidup di bawah terpal tipis, di tenda darurat, dan ruang sempit yang jauh dari kata aman dan layak.
Namun di tengah hiruk-pikuk bantuan itu, sebuah video singkat yang viral di media sosial justru menyayat perasaan publik.
Dalam unggahan akun TikTok @zaits_bf pada Sabtu, 13 Desember 2025, tampak seorang ibu pengungsi menolak uang tunai dan tambahan makanan yang disodorkan kepadanya.
Penolakannya bukan karena tidak membutuhkan, melainkan karena ia memiliki satu permintaan yang tak tergantikan oleh apa pun.
“Ibu ini perlunya mukena. Dikasih uang nggak mau. Mukena sama jilbab… ibu ini mau ibadah tapi nggak bisa,” ujar perekam video, suaranya terdengar tertahan.
Kamera merekam tempat tinggal sang ibu: sebuah ruang sempit beratapkan terpal rendah, tempat ia bertahan bersama suaminya yang sedang sakit.
Saat kembali ditawari uang dan makanan, ia tetap menggeleng pelan.
“Tidurnya di sini. Minta terpal aja. Dikasih uang dia nggak mau. Dia cuma mau mukena,” lanjut perekam.
Dengan suara lirih, sang ibu menjelaskan bahwa urusan perut bukan lagi masalah utama.
Logistik makanan sudah ada. Yang ia rasakan kosong justru ruang untuk mendekat kepada Tuhan.
“Mukena, kain sarung, selimut. Suami sakit. Lainnya nggak usah. Makanan sudah ada,” ucapnya pelan, nyaris berbisik.
Ia menegaskan tak meminta uang sepeser pun. Yang ia inginkan hanyalah kesempatan untuk kembali beribadah dengan layak.
“Saya nggak minta duit. Saya mau salat… mau berdoa sama Allah. Saya mau salat susah,” katanya dengan suara bergetar, menahan air mata.
Menurut pengakuannya, kebutuhan akan mukena dan kain sarung itu telah dirasakan sejak beberapa hari terakhir.
“Dari kemarin perlu itu untuk salat. Kain, selimut nggak ada. Makanan sudah dikirim,” sambungnya.
Di balik kisah kecil yang begitu menggugah ini, bencana yang melanda Sumatera meninggalkan luka besar.
Data BNPB hingga Sabtu, 13 Desember 2025, mencatat 1.006 orang meninggal dunia akibat banjir dan longsor. Sebanyak 414 korban berasal dari Aceh, 349 dari Sumatera Utara, dan 242 dari Sumatera Barat.
Jumlah pengungsi di tiga provinsi terdampak mencapai 654 ribu jiwa, menurun dari sehari sebelumnya yang tercatat 884 ribu jiwa.
Di Aceh saja, sebanyak 130.968 kepala keluarga atau 484.944 jiwa mengungsi di 2.186 titik. Selain itu, 3.845 orang mengalami luka ringan dan 479 orang luka berat.
BNPB juga terus mengupayakan percepatan pemulihan jembatan putus di lintas timur Aceh demi membuka kembali jalur distribusi bantuan.
Kisah ibu pengungsi dari Aceh Tamiang ini mengajarkan satu hal yang sering luput dari perhatian: ketika segalanya hanyut oleh bencana, yang tersisa dan paling dijaga oleh manusia adalah imannya.
Di tengah kehilangan rumah, harta, bahkan rasa aman, ia tak meminta uang—ia hanya ingin kembali bersujud.
Comments0